KIBLAT.NET, Khortoum – Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), Ahad (21/04/2019), mengumumkan bantuan keuangan senilai tiga miliar dolar (42 triliun rupiah lebih) kepada pemerintahan sementara Sudan. Dana ini untuk membantu menstabilkan Sudan yang menyaksikan kekacauan setelah kudeta militer yang melengserkan Presiden Omar Al-Bashir.
Kedua negara mengatakan akan memberikan paket bantuan bersama kepada Republik Sudan dengan total dana sebesar tiga miliar dolar. Dana hibah tersebut mencakup 500 juta dolar yang akan disimpan di Bank Sentral Sudan untuk memperkuat posisi keuangannya, mengurangi tekanan pada pound Sudan dan menstabilkan nilai tukar.
“Sisanya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak warga Sudan, termasuk makanan, obat-obatan dan minyak,” kata pernyataan bersama Saudi dan UEA.
Setelah Al-Bashir lengser, pemerintah Sudan dikendalikan oleh militer yang terbentuk di bawah nama Dewan Militer Transisi. Dewan ini memegang kekuasaan selama dua tahun, sebelum digelar pemilihan.
Akan tetapi, para demonstran menuntut pemerintahan diserahkan ke sipil saat ini juga. Militer tak menanggapi tuntutan tersebut.
Setelah berpekan-pekan bungkam atas situasi politik di Sudan, Saudi dan UEA akhirnya mengeluarkan pernyataan mendukung Dewan Militer Transisi. Pernyataan ini keluar beberapa jam setelah Al-Bashir lengser.
Sudan merupakan mitra kunci dalam aliansi militer yang dipimpin oleh Riyadh dan Abu Dhabi melawan pemberontak Syiah Hutsi di Yaman. Ribuan tentara Sudan berperang di barisan koalisi, yang mulai beroperasi pada Maret 2015.
Sementara jumlah tentara Sudan yang dikerahkan di Yaman masih belum jelas, gambar tentara yang terbunuh dan terluka di media sosial telah meningkatkan permintaan berulang kali untuk penarikan mereka.
Seorang pejabat senior militer Sudan mengatakan pada hari Senin bahwa tentara Sudan akan tetap di Yaman sampai koalisi mencapai tujuannya.
Para pengamat melihat bahwa langkah dua negara sekutu Arab ini untuk mencegah Sudan lepas kendali dari pengaruh mereka. Saudi dan UEA tak ingin mengulang situasi di Libya di mana Ikhwanul Muslimin (IM) meraih kekuasaan. Seperti diketahui, IM musuh bebuyutan Saudi dan UEA.
Sumber: AFP
Redaktur: Sulhi El-Izzi