KIBLAT.NET – Pada 27 Februari 2017, Taliban secara resmi mengumumkan kesyahidan salah satu tokoh sentralnya. Mujahid ini disebut-sebut sebagai gubernur bayangan di provinsi Kunduz. Jasanya yang begitu besar sebagai peletak dasar terbentuknya provinsi Kunduz di bawah Taliban hingga ia digambarkan sebagai “Sang Pembebas Kunduz”.
Selain jasanya dalam pembebasan itu, mujahid asli Afgahistan ini juga berhasil melatih ribuan mujahidin tangguh yang pada akhirnya mengikuti jalannya berjihad di bumi Khurasan. Terbukti ketika masa sulit terjadi di kalangan intern Taliban, gubernur bayangan Kunduz ini berhasil memobilisasi pasukan terlatihnya untuk tetap setia dengan Emirat Islam. Maka, dari itu, ia menjadi tokoh sentral di Afghanistan terkhusus di wilayah utara.
Tokoh ini telah syahid karena terjangan drone AS pada 26 Februari 2017. Sehari berselang, Taliban secara resmi mengumumkan berita duka itu. Para mujahidin Afghan akan selalu mengenangnya karena begitu besar jasanya untuk perjuangan. Hingga profil mujahid ini dibuat khusus di situs resmi Emirat Islam.
Mengenal Sang Pembebas Kunduz
Nama lengkapnya Mullah Abdus Salam bin Muhammad Surur. Lahir pada 1355 H bertepatan dengan tahun 1968 M di sebuah keluarga yang jauh dari kata mapan. Kampung halamannya di daerah terpencil distrik Archi, provinsi Kunduz. Jadi, Mullah adalah putra Kunduz asli yang akan membangun tempat kelahirannya.
Namun, ia beserta keluarganya tidak menetap lama di Kunduz. Pasalnya, mereka bermigrasi ke Pakistan dan bermukim di Balochistan setelah invasi Uni Soviet pada saat itu. Mullah Abdussalam muda hidup sebagai imigran dan mengenyam pendidikan di sebuah sekolah yang khusus diperuntukkan para pendatang. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Mullah melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Akan tetapi, tidak berselang lama muncullah gerakan Taliban yang bertujuan memperbaiki carut-marutnya kondisi negara. Pemuda Kunduz ini meninggalkan pendidikannya dan bergabung dengan Taliban di usia yang masih belia.
Bergabung dengan Taliban
Mullah muda bergabung dengan Taliban dan ditempatkan di wilayah Kandahar. Tak berselang lama ia dipindahkan ke distrik Musa Qala di provinsi Helmand. Memang secara formal Mullah berhenti dari pendidikannya, namun dengan bergabungnya dirinya dengan Taliban, ilmu ia pelajari secara langsung di medan perjuangan.
Setelah provinsi Helmand dikuasai penuh oleh Taliban, Mullah ikut serta dengan para mujahid ke Maidan Syahr di wilayah Kabul yang saat itu telah dikuasai para mujahid Emirat Islam. Di medan jihad, Mullah selalu mengambil posisi di garis depan wilayah Kabul Utara. Selain itu ia juga diberi tugas di wilayah-wilayah kecil di sekitarnya. Pernah dirinya terluka di sebuah daerah bernama Al-Maarik. Ia pun ditarik mundur dan mendapat pengobatan intensif. Tak berselang lama dia menyusul para mujahid Emirat di Afghanistan utara menahan gempuran tentara-tentara Salib Amerika.
Pengepungan Kunduz dan Penjara Shabarghan
Kunduz dikepung oleh tentara Amerika dan dibombardir dengan persenjataan berat. Mullah ternyata juga ada di tanah kelahirannya itu saat pengepungan mengerikan itu terjadi. Mullah adalah putra asli Kunduz, jadi ia tahu betul jalan-jalan di daerah itu. Sebenarnya ia berhasil keluar dari pengepungan mengerikan itu. Namun, karena ia keluar bersama mujahid lainnya yang selamat dari pengepungan maka perjalanan agak terhambat.
Singkat cerita, para mujahidin mengadakan perjanjian dengan Jenderal Dostum. Setelah penandatanganan perjanjian itu, para mujahidin bergerak ke wilayah Mazar. Pengkhianatan pun terjadi, Dostum berkhianat dan menjebloskan semua mujahidin di tempat tertutup di Mazar. Perlawanan pun terjadi dan banyak mujahid yang berguguran. Mullah belum mendapatkan rezeki kesyahidan saat itu, ia pingsan saat konfrontasi terjadi dan ketika siuman ia telah berada di penjara Shabarghan. Mullah berada di dalam penjara selama delapan bulan dan pada akhirnya dibebaskan oleh Emirat Islam.
Jihad melawan Amerika

Peta Propinsi Kunduz
Setelah Mullah bebas dari penjara, dimulailah jihad melawan pendudukan Amerika di Afghanistan Selatan. Dibentuklah sebuah kelompok jihad yang masih berada di bawah naungan Emirat Islam. Kelompok ini beroperasi di wilayah Ma’ruf, Argsyan dan wilayah Zabul. Mullah mendampingi para komandan terkenal saat itu seperti Fayd Muhammad Sajad dan Mullah Shahzadah rahimahumallah.
Tahun 2004, Mullah ditunjuk sebagai tokoh yang menggawangi jihad secara global di wilayah Kunduz. Perlu diketahui saat itu, Kunduz di bawah penguasaan Amerika. Sebuah PR besar bagi Mullah untuk memutar otak guna merebut kembali kampung halamannya agar berada di bawah naungan Emirat Islam. Maka, mulailah ia berdakwah pada masyarakat akan pentingnya jihad.Ia melobi seluruh takmir masjid yang ada untuk bersatu padu mendakwahkan jihad pada jamaah masjidnya.
Tak lupa Mullah juga merangkul para pemuda untuk bergabung dengannya di dalam jihad. Waktu pun terus berjalan dan pada akhirnya Mullah Abdussalam diangkat menjadi komandan di Kunduz. Perjuangan masih berjalan secara diam-diam saat itu. Setelah dirasa mempunyai kekuatan,para mujahidin pun berani menampakkan diri dan melakukan serangkaian operasi. Salah satu operasi yang dilakukan adalah operasi menargetkan Kanselir Jerman (Angelina Merkall) bersama Menteri Pertahanan Jerman. Dua pembesar Jerman ini mengunjungi tentaranya di Afghan dan disambut dengan operasi mujahidin. Kedua tokoh ini selamat, tetapi Jerman mengalami kerugian yang besar akibat operasi yang dilakukan mujahidin.
Tahun 2009, Mullah Abdussalam berbicara di situs berita Emirat Islam. Ia mengatakan bahwa ratusan mujahidin yang berada di bawah komandonya telah melancarkan perlawanan sengit pada tentara Amerika dan Jerman hingga membuat musuh-musuh umat Islam ini mengalami kerugian yang cukup besar.
Akhir 2009, Mullah mengunjungi keluarganya di pengungsian. Tetapi di tengah jalan ia ditangkap dan dipenjara oleh intelijen Pakistan selama empat tahun di penjara Peshawar, Karachi dan Islamabad. Selama empat tahun di penjara ini, Mullah memanfaatkannya untuk mempelajari kitab-kitab hadits shahih Bukhari dan Muslim, Sunan Tirmidzi, Tafsir ibnu Katsir dan masih banyak lagi. Khalwatnya di penjara ia gunakan untuk memperkaya khazanah keilmuan.
Sekali lagi, menjadi Gubernur “bayangan” Kunduz
Setelah empat tahun berlalu, awalnya ia dikirim untuk menjadi komandan di Mazar. Namun, ia kembali diberi amanah untuk mengatur kampung halamannya, Kunduz. Saat itu Kunduz sedang dikuasai milisi-milisi lokal yang memeras rakyat. Tak jarang mereka menjarah harta masyarakat dan tak segan untuk menumpahkan darah. Mullah pun segera bergerak cepat menumpas kezaliman dengan cara damai maupun angkat senjata. Dalam waktu singkat, semua permasalahan itu selesai dan Kunduz menjadi lebih kondusif.

Mulla Abdussalam di Kunduz pada tahun 2015 (LWJ)
Ketika mujahidin Emirat Islam menguasai sebagian besar wilayah, Mullah Abdussalam berupaya membangun administrasi pemerintahan sipil, memulihkan pendidikan, membuka madrasah-madrasah dan sekolah umum, mendirikan sistem peradilan, membangun infrastruktur negara. Di samping itu, Mullah membuka kamp untuk mendidik para mujahid-mujahid baru. Di dalam pemerintahanya sebagai gubernur bayangan, ia memberikan keteladanan yang mengagumkan bagi rakyatnya. Tak heran jika Mullah benar-benar berada di hati masyarakat Kunduz dan diberi amanah menjadi wali atau gubernur dua kali di tanah kelahirannya.
Akhir September 2015, terjadi perselisihan dan ketegangan yang muncul di kalangan mujahidin. Saat itu, terjadi pergantian amir Emirat Islam pasca wafatnya Amirul Mukminin Mullah Muhammad Umar rahimahullah digantikan oleh Mullah Akhtar Mohammad Mansur.
Mullah Abdussalam menjadi kunci penyelesai ketegangan yang terjadi dengan cara berbaiat pada Mullah Akhtar sebagai amir baru Emirat Islam. Mullah Abdussalam berhasil membuat mujahidin yang berada di bawah kepemimpinannya tetap setia dengan Emirat Islam. Dan inilah titik balik yang menentukan keutuhan Emirat dari perpecahan. Ketika Mullah Akhtar syahid pada Mei 2016, Mullah Abdussalam pun segera membaiat penggantinya, Mullah Haibatullah Akhunzada.
Hubungan antara Mullah Abdussalam dan Mullah Akhtar berlangsung baik. Rencana-rencana Abdussalam untuk melaksanakan beberapa operasi penaklukan disetujui oleh Mullah Akhtar. Hal itu dilakukan untuk mengukuhkan kekuatan mujahidin di berbagai titik penting di Afghanistan. Sasaran pertama Mullah adalah kota kelahirannya, Kunduz. Ia ingin membersihkan sisa-sisa tentara asing yang masih bercokol di sana dan menjadikan Kunduz benar-benar dikuasai mujahidin seluruhnya. Ada beberapa alasan mengapa Mullah Abdussalam melakukan hal ini yaitu
- Untuk mengakhiri ketegangan akibat pergantian amir Emirat Islam dan memberitahukan pada mujahidin bahwa mereka masih kuat dan mampu membebaskan kota-kota.
- Mengobarkan semangat pertempuran mujahidin dengan membuka sebuah kota penting seperti kota Kunduz.
- Untuk mengalihkan mujahidin dari perbedaan pendapat dan pandangan.
- Untuk mengubah imej para mujahidin di hadapan para musuh tentang kelemahaan di medan tempur
- Membebaskan mujahidin dari penjara-penjara rezim
- Memaksa musuh untuk mengumpulkan tentara-tentara mereka karena takut diserang oleh mujahidin.
- Menghancurkan mental tentara musuh dan secara tidak langsung memberikan shock terapi bahwa mereka tidak mampu menandingi mujahidin Emirat Islam.
Syahidnya Sang Pembebas Kunduz
Seperti yang telah tertulis di awal bahwa Mullah Abdussalam syahid diterjang drone AS pada 26 Februari 2017 di distrik Archi, Kunduz. Sebelumnya Abdussalam sempat dikabarkan syahid pada akhir Oktober 2015, tetapi itu hanyalah isapan jempol semata.
Pada akhirnya Taliban kehilangan aset terbesar mereka seorang mujahid, komandan, gubernur yang ada di hati rakyatnya. Lewat tangannyalah terbentuk satuan mujahidin yang loyal dan setia dengan Emirat Islam. Pantaslah jika syahidnya Mullah Abdussalam menjadi pukulan berat bagi mujahidin Emirat Islam. Semoga jejak langkah sang pembebas Kunduz segera diikuti oleh mujahid-mujahid di masa kini dan masa depan. Wallahu a’lam bi shawab.
Penulis: Dhani El_Ashim
Editor: Arju
Sumber
- https://alemara1.net
- ttps://www.longwarjournal.org
- https://en.wikipedia.org