KIBLAT.NET – Ramadhan sudah akan meninggalkan kita. Musim dilipatgandakannya amalan sudah selesai. Ramadhan tahun ini sudah menyelesaikan tugasnya dalam mendidik kita. namun, berhasilkah kita dalam madrasah Ramadhan tahun ini? Sudahkah amal Ramadhan kita diterima oleh Allah?
Salah satu tolak ukur keberhasilan dari sebuah amalan adalah baiknya amal di waktu akhir. Jika amal shalih seseorang baik di waktu awal, namun lengah di waktu akhir, hal ini ada indikasi bahwa amalannya gagal, yaitu gagal menjaga keistiqomahan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan hal itu :
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا
“Sesungguhnya amal-amal itu bergantung pada terakhirnya.” (HR. al-Bukhari no. 6493)
Apa sajakah indikasi amalan seseorang itu tetap baik di waktu akhir? Sebagaimana dijelaskan oleh sebagian ulama, ada lima tanda kesudahan yang baik, 5 hal ini bisa kita jadikan alat untuk mengukur keberhasilan Ramadhan kita, yaitu :
1.Jujur dengan keimanannya kepada Allah
Maksudnya di sini adalah apabila seseorang beramal tidak menjadikan adanya orang lain antara dirinya dan Allah.
فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكانَ خَيْراً لَهُمْ
“Akan tetapi, jikalau mereka benar (imannya) kepada Allah, niscaya hal itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad : 21)
Rasulullah menjanjikan kesuksesan bagi orang-orang yang benar dalam amalannya :
مَنْ سَأَلَ اللهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ، بَلَّغَهُ اللهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ، وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ
“Barangsiapa yang meminta mati syahid kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya Allah akan menghantarkannya pada kedudukan syuhada sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya.” (HR. Muslim no. 1909)
Betapa banyak orang beramal karena ingin disukai orang atau karena takut kemarahan orang. Sehingga mereka dalam beramal selalu menjaga perasaan orang lain, menjaga kepuasan mereka, dan lemah lembut kepada mereka. Jika demikian, Allah tidak akan meridhai amalan mereka.
أَنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي كَيْدَ الْخائِنِينَ
“Sesungguhnya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS. Yusuf : 52)2.
2. Selalu memperbaharui taubat.
Salah satu efek dari dosa adalah akan menghalangi pelakunya dari ibadah. Sehingga membuat dirinya lengah dari istiqomah dalam amal shalih. Demikianlah apa yang dikatakan Ibnu Qayyim rahimahullah :
فَلَوْ لَمْ يَكُنْ لِلذَّنْبِ عُقُوبَةٌ إِلَّا أَنْ يَصُدَّ عَنْ طَاعَةٍ تَكُونُ بَدَلَهُ
“Seandainya tidak ada hukuman bagi dosa, sebagai gantinya niscaya ia akan terhalang dari ketaatan.” (al-Jawab al-Kafi, hlm. 54)
Dengan selalu memperbaharui taubat, akan membuat dirinya semakin baik dalam beramal. Rasulullah bersabda :
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap keturunan Adam memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang senantiasa memperbaharui tobatnya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2499. Al-Albani menyatakan hadist hasan)
3. Bersegera mengerjakan amal shalih.
Hal ini tidak lain adalah karena amal shalih akan melahirkan amal shalih yang lain. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Rajab rahimahullah :
ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 221)
Menyegerakan beramal juga termasuk ciri orang yang bertaqwa. Allah berfirman :
وَسارِعُوا إِلى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّماواتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran : 133)
4. Mencintai sunnah Nabi.
Bagaimana mungkin orang yang tidak mencintai sunnah Nabi akan bertahan dalam amal shalih? Karena syarat utama diterimanya amal shalih setelah ikhlas adalah mengikuti tuntunan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
“Katakanlah! Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali Imran : 31)
Allah tidak akan menerima alaman yang tidak sesuai dengan ajaran Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam.
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang beramal tidak sebagaimana yang kami ajarkan, maka tertolaklah amalannya.” (HR. Muslim no. 1718)
Allah lebih mencintai orang-orang yang menjaga amalnya hingga akhir (Istiqomah). Ibarat lomba lari cepat, keberhasilan sebuah amal ditentukan bagaimana ia mampu bertahan hingga mencapai garis finish. Semoga Allah menganugerahi keistiqomahan untuk kita semua. Wallahu ‘alam bish shawab.
Penulis: Zamroni
Editor: Arju