KIBLAT.NET, New York – Utusan khusus PBB untuk Suriah, Stephane de Mistura, Kamis (17/05), mengatakan bahwa situasi di Idlib akan “enam kali lebih buruk” daripada di Ghouta timur, jika skenario Ghouta digunakan untuk merebut basis utama oposisi itu.
Skenario yang dimaksud berupa strategi rezim Assad memblokade dan menggempur sehingga tiada pilihan lain bagi oposisi bernegosiasi yang berujung pada kesepakatan mengosongkan wilayah. Srategi itu telah sukses di sejumlah wilayah, yang terakhir Ghouta Timur, Damaskus Selatan dan pedesaan Homs utara.
De Mistura mengatakan dalam pertemuan bulanan Dewan Keamanan untuk membahas aspek politik konflik di Suriah, bahwa di Idlib saat ini dihuni sebanyak 2,3 juta orang. Setengah dari jumlah itu berstatus pengungsi. Mereka tidak memiliki tempat lain untuk mengungsi.
Dia menambahkan, pembicaraan di Astana-9 pada Selasa lalu bersifat konstruktif dan fokus pada langkah-langkah pencegahan untuk menghindari skenario terburuk di Idlib.
Idlib menjadi rumah terakhir pejuang dan warga anti rezim yang terusir dari kampung halaman mereka setelah blokade dan gempuran sengit. Idlib merupakan satu-satunya provinsi di Suriah yang hampir seluruh wilayah di bawah kontrol oposisi.
Oposisi Suriah sebenarnya sudah tidak percaya lagi dengan konferensi Astana. Pasalnya, kesepakatan-kesepakatan konferensi tersebut dilanggar sendiri oleh dua negara penjamin; Rusia dan Iran. Tercatat, sejak konferensi Astana dimulai, banyak wilayah oposisi yang direbut sedikit demi sedikit.
Yang meyakinkan oposisi untuk hadir dalam Astana-9 karena ada jaminan dari Turki. Ankara sendiri telah mendirikan belasan titik pos pengawas untuk memantau penerapan kesepakatan zona de-eskalasi yang ditandatangani di Astana.
Sumber: Al-Jazeera
Redaktur: Sulhi El-Izzi