KIBLAT.NET, Damaskus – Ribuan warga sipil, Kamis (15/03), berbondong-bondong mengungsi dari Kota Hamuriyah dan sekitarnya. Gelombang pengungsi dari kota yang berada Ghouta Timur bagian selatan ini terjadi menyusul kemajuan militer Suriah dan sekutunya.
Warga yang mayoritas wanita dan anak-anak itu meninggalkan Hamuriyah dengan membawa barang-barang yang dapat dibawa dan tas. Mayoritas berjalan kaki, sebagian menggunakan sepeda motor dan mobil. Mereka bergerak menuju wilayah kontrol rezim.
Direktur pengawas HAM (SOHR), Rami Abdurrahman, memperkirakan jumlah mereka sebanyak 12.500 sipil. Dia menunjukkan, ini merupakan gelombang pengungsi paling besar sejak rezim memulai kampanye militer di Ghouta Timur pada 18 Februari lalu.
Di sisi lain, kantor berita Al-Jazeera melansir dari laporan sejumlah media memperkirakan jumlah pengungsi yang meninggalkan Hamuriyah pada Kamis sebanyak 20 ribu sipil, yang mayoritas anak-anak dan wanita. Akan tetapi, PBB mengatakan bahwa jumlah pasti mereka belum diketahui. Karena tidak ada data pasti.
Keluarnya ribuan warga Ghouta Timur dari kampung halaman mereka pada Kamis ini merupakan rencana yang dinginkan Suriah, Rusia dan Iran sejak kampanye militer di kawasan tersebut. Warga dipaksa keluar dengan blokade dan gempuran udara tiada henti.
Militer Suriah memasuki Hamuriyah pada Kamis pagi. Hal itu terjadi setelah faksi Faylaq Ar-Rahman, yang mengontrol kendali kota utama di Ghouta Timur, itu menarik diri.
Dalam konteks yang sama, Rusia menegaskan akan terus mendukung rezim merebut Ghouta Timur. Seluruh faksi yang berada di Ghouta disebut kelompok teroris. Padahal, mayoritas mereka hadir dalam konferensi-konferensi internasional.
Sumber: alraimedia.com
Redaktur: Sulhi El-Izzi