KIBLAT.NET, Mindanao – Hampir sebulan, kelompok militan yang sebelumnya tak dikenal telah bertahan melawan pasukan pemerintah dan kekuatan udara di Filipina selatan.
Militan Maute sebagian berasal dari kelompok Abu Sayyaf, yang telah mengambil alih sebagian kota Marawi sejak 23 Mei lalu. Kelompok Maute disebut-sebut akan mendirikan negara yang berpedoman kepada ISIS.
Pertempuran tak terduga tersebut membuat Presiden Rodrigo Duterte terlihat panik, yang disusul pengumuman keadaan darurat militer di Minadanao. Bahkan, Duterte mengajak seluruh kelompo pemberontak di Filipina untuk berpartisipasi dalam pertempuran, yang dijanjikan gaji yang sama dengan militer Filipina.
Ratusan orang dilaporkan terbunuh dalam pertempuran, baik dari pihak Maute, militer Filipina hingga warga. Hal ini menyita perhatian dunia internasional, baik lantaran pertempuran yang berlarut-larut maupun sosok Maute itu sendiri.
Dipimpin oleh sepasang saudara, Abdullah dan Omarkhayyam Maute, kelompok ini dibentuk tahun 2012. Seorang wartawan Filipina, John Unson, menyebut pembentukan kelompok ini sepulangnya mereka dari Timur Tengah, seperti dari Suriah, UEA, Mesir dan Yordania.
Mereka adalah anggota klan Maranaw Mindanao dan berasal sari Butig, sebuah kota di provinsi Lanao del Sur. Kelompok ini dipandang masih “muda” dibanding belasan kelompok bersenjata lain di Mindanao, yang menjadi basis konflik bersenjata yang telah berkecamuk sejak tahun 1960an.
Sebelum pertempuran Marawi, terjadi pertempuran besar pertama antara kelompok Maute dengan militer Filipina pada awal tahun lalu di tiga titik Lanao del Sur, sehingga memaksa hampir 30.000 orang mengungsi.
Reporter: Ibas Fuadi
Sumber: World Bulletin