KIBLAT.NET, Bern – Sebuah perusahaan induk terkemuka asal Swiss, Credit Suisse, menganggap tokoh ekstrim sayap kanan Perancis Marine Le Pen sangat membahayakan stabilitas Eropa.
Hal itu diungkap Credit Suisse di dalam panduan bisnis yang mereka luncurkan pada hari Kamis (09/03) untuk membantu para investor memprediksi dan mendefinisikan iklim bisnis di bulan-bulan mendatang di benua Eropa.
Dalam memprediksi kemungkinan-kemungkinan hasil pemilu di Belanda, Perancis, dan Jerman, para ahli strategi perusahaan Credit Suisse memaparkan tiga skenario masa depan Eropa dalam waktu dekat. Mereka juga menyinggung rencana langkah Inggris untuk memulai memberlakukan Brexit sebagaimana dalam Artikel 50, termasuk negosisasi hutang Yunani.
Dalam skenario pertama, tagihan akan cenderung “positif” oleh Bank nomor dua Swiss. Selain itu, mereka melihat para kandidat pro-Eropa dan sayap tengah menang di Perancis dan Jerman ketika dua negara kuat di benua itu melakukan pemungutan suara masing-masing di bulan April dan September.
Skenario ini juga melihat hasil pemilu yang ramah akan memberdayakan sebuah koalisi yang stabil dalam pemilu minggu depannya di Belanda. Di negara Kincir Angin tersebut, suara Partai Kebebasan yang dipimpin oleh politisi anti-kemapanan sekaligus anti-Islam, Geert Wilders, akan merosot dalam pemilu kali ini.
“Skenario tengah” ini melihat negosiasi terkait kebangrutan Yunani akan mengalami proses yang berlarut-larut tanpa ada suatu resolusi yang jelas. Sementara di parlemen Belanda ada upaya-upaya keras untuk membangun sebuah koalisi.
Dalam skenario ini, poros tengah Perancis dan seorang kandidat yang saat ini namanya tengah melambung, Emmanuel Macron, menang dalam pemilu presiden namun ia akan menghadapi kesulitan dalam menjalankan mandat pemerintahan.
Skenario negatifnya, Yunani akan terus berjuang mendapatkan lebih banyak hutang, dan tokoh nasionalis sekaligus aktifis anti-imigran seperti Le Pen dari Partai Front Nasional akan terpilih menjadi Presiden Perancis.
Dalam pernyataannya, Bank nomor dua Swiss mengatakan, “Para ahli strategi Credit Suisse memandang perhelatan pemilu presiden di Perancis berpotensi membawa Eropa ke dalam situasi yang sangat berisiko tahun ini”.
Hal itu merujuk pada pilpres 23 April nanti dan pemungutan suara putaran kedua pada tanggal 7 Mei apabila diperlukan. “Karena setiap penurunan margin sekecil apapun dalam jajak pendapat bagi peluang Le Pen akan berdampak pada peningkatan signifikan respon positif di pasar,” paparnya menambahkan.
Credit Suisse mengatakan akan terus meng-update secara reguler “Barometer Resiko” untuk melihat seberapa besar tingkat resiko sistemik terhadap soliditas Eropa dan juga pasar.
Namun demikian, secara umum Bank menganggap “tidak mungkin” bahwa setiap negara akan meninggalkan zona-euro. Di sisi lain, mereka memperingatkan bahwa sistem pengamanan untuk mencegah ambruknya zona-euro masih belum lengkap.
Reporter: Yasin Muslim
Sumber: World Bulletin