KIBLAT.NET, Ankara – Pemimpin kelompok Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Cemil Bayik menyatakan siap menghadapi serangan yang dilakukan Turki terhadap kelompok mereka.
“Kurdi akan membela diri sampai akhir. Ketia Turki mendekat, tentu saja PKK akan meningkatkan perang,” katanya kepada BBC, Senin (25/04).
Sejak runtuhnya gencatan senjata dengan PKK dua tahun lalu, pasukan pemerintah Turki telah melancarkan kampanye militer terhadap kelompok yang berada di wilayah tenggara negara itu.
Kelompok Kurdi PKK sendiri telah lama dimasukkan Turki ke dalam daftar teroris yang membahayakan negara.
Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan bulan ini mengatakan bahwa 355 anggota pasukan keamanan telah tewas dalam pertempuran melawan PKK. Sedangkan sebanyak 5.000 anggota PKK juga tewas dalam pertempuran itu.
Meski demikan, Bayik menolak jika pihaknya ingin memisahkan diri dari Turki. Ia hanya ingin menguasai wilayah-wilayah yang telah menjadi hak Kurdi.
“Kami tidak ingin memisahkan dari Turki dan mendirikan sebuah negara. Kami tidak ingin membagi Turki. Kami ingin hidup dalam batas-batas Turki di tanah kami sendiri. Perjuangan akan terus berlanjut sampai Kurdi menerima haknya,” lanjutnya.
“Jika tidak dipenuhi, PKK siap untuk meningkatkan konflik tidak hanya di Kurdistan, tetapi di seluruh Turki,” tambahnya.
Bayik mengungkapkan pihaknya memang menjalin hubungan dengan Amerika Serikat. Tetapi, hal itu dalam rangka melakukan perlawanan terhadap ISIS.
Partai Pekerja Kurdistan telah melancarkan pemberontakan berdarah terhadap pemerintah Turki pada tahun 1984 untuk mencari kemerdekaan. Selama sepuluh tahun konflik, sekitar 40.000 orang tewas.
Pendiri PKK yang dipenjara Abdullah Ocalan telah mengadakan gencatan senjata pada bulan Maret 2013, namun ketegangan yang terus terjadi dan ekskalasi konflik Suriah yang terus meningkat membuat perjanjian gencatan senjata itu batal.
Erdogan pun mengusulkan penghapusan status kewarganegaraan Kurdi dari Turki. PM Turki Ahmet Davutoglu juga sedang mengupayakan hukuman pidana bagi anggota parlemen yang berpihak kepada Kurdi.
Sumber: World Bulletin
Penulis: M. Rudy