KIBLAT.NET, Bogor – Dalam seminar bertajuk “Pengungsi Suriah dan Menangkal Bahaya ISIS di Indonesia” di ponpes Al-Fattah, Cileungsi pada Sabtu (19/12), Direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris mengatakan penyebab terjadinya radikalisme adalah sebab dari monopoli tafsir yang dilakukan secara sepihak.
“Terjadinya monopoli dalam mentafsirkan Al-Qur’an dan Hadits yang mutawattir sifatnya ini yang menyebabkan lahirnya radikalisme baru,” tuturnya.
Dia menjelaskan, yang dimaksud monopoli tafsir adalah adanya kelompok yang mengaku hanya merekalah yang bisa menafsirkan Al-Qur’an. “Masalahnya sekarang ada kelompok yang hanya dia yang bisa menafsirkan Al-Qur’an, sedangkan dia hanya membaca Al-Qur’an cuma nyampe tenggorokan,” ujarnya.
Radikalisme, menurutnya, memiliki empat kriteria; ingin melakukan perubahan, dengan cepat, menggunakan kekerasan, mengatasnamakan agama.
“Satu dan dua bagus, tapi dua yang terakhir ini yang tidak benar, ini yang menyebabkan islam diidentikkan dengan terorisme,” jelasnya.
Irfan juga menyebutkan, ada yang lebih berbahaya dari para teroris yang melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama, yaitu radikal separatis, radikal yang ingin memecah belah Indonesia.
“Radikal separatis yang ingin memecah belah Indonesia, ini teroris yang lebih berbahaya dari teroris atas nama agama.” pungkasnya.
Reporter: Jundi Karim
Editor: M. Rudy